TARI GAMBUH TERANCAM PUNAH
HELLO...
pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Tari Gambuh. Jujur saja
saya tidak pernah melihat tarian ini, tapi sempat mendengar tarian ini waktu
saya duduk di bangku SMP. Tari Gambuh pada saat ini mulai
sedikit orang-orang yang mampu menarikannya, bahkan di seluruh Bali hanya beberapa desa yang sampai saat ini masih melestarikan tari Gambuh ini. Terus
bagaimanakah keadaan tari ini di masa depan? kita belum tau pasti karena yang
jelas tarian ini sudah mulai terlupakan atau bisa dibilang hampir purnah. Untuk
lebih jelasnya silahkan di baca di bawah ya.. J

Gambuh
adalah tarian dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan merupakan
dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari sehingga dianggap
sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali. Diperkirakan Gambuh ini muncul
sekitar abad ke XV yang lakonnya bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk
total theater karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama
& tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya. Pementasannya dalam
upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti
perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain
sebagainya. Diiringi dengan gamelan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu.
Tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya /
Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang,
Temenggung, Turas, Panasar dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut
semua penari berdialog, umumnya bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan
Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya dan kasar.

Gambuh
memperoleh pengaruh dan drama tari zaman Jawa-Hindu di Jawa Timur, yang dikenal
dengan nama Rakêt Lalaokaran. Drama tari klasik yang lahir di Puri pada masa
lampau, masih dilestarikan diberbagai daerah di Bali, yang dulunya merupakan
wilayah kekuasaan kerajaan. Rakêt telah mengalami perjalanan sejarah yang
panjang, dan baru disebutkan lagi dalam Kidung Warjban Wideya dari abad XVI.
Rakêt Lalaokaran yang juga disebut Gambuh Ariar adalah pertunjukan berlakon
yang merupakan perpaduan antara Rakêt dengan Gambuh. Gambuh abad XVI ini adalah
tarian perang yang merupakan kelanjutan dan Bhata Mapdtra Yuddha, yaitu tarian
perang untuk menghibur rakyat Majapahit yang melaksana upacara Shreiddha.Terwujudnya
Gambuh sebagai dramatari istana yang adiluhung telah memberikan pengaruh yang
besar pada kehidupan seni pertunjukan di Bali. Gambuh yang terbentuk di Bali
tidak hanya memperkenalkan cerita sebagai lakon yang memunculkan adanya
struktur dramatik yang lengkap, akan tetapi memperkenalkan pula koreografi yang
rumit dan penampilan yang artistik, untuk hiburan raja dan para bangsawan
kerajaan. Bentuk pertunjukan Gambuh memiliki standar kualitas tertentu yang
mencirikan Gambuh, yaitu memiliki struktur pertunjukan dan koreografi serta
iringan musik yang pasti, perbendaharaan gerak yang lengkap dengan
aturan-aturan yang ketat, yang tidak dimiliki oleh Bali sebelumnya. Begitu pula
kostum yang digunakan sangat megah, berbeda dengan kostum yang digunakan oleh
tarian-tarian sebelumnya yang sangat sederhana. Itulah yang menyebabkan Gambuh
dikatakan sebagai sumber drama tari yang muncul kemudian di Bali.Salah
satu drama tari yang mendapat pengaruh dari Gambuh adalah drama tari opera
arja. Arja adalah dramatari opera yang menggunakan tembang dan dialog sebagai media
ungkap lakon yang ditampilkan. Dilihat dari bentuk pertunjukkan arja yang
sekarang dengan bentuk pertunjukan pada mulanya ketika masih disebut dadap,
tampak perbedaan yang sangat mencolok. Hal ini menunjukkan perbedaan dramatari
opera arja seperti sekarang ini telah melalui suatu proses transformasi dengan
rentangan waktu yang sangat lama. Dramatari arja yang muncul dikalangan
masyarakat jelata sebagai sebuah pertunjukan yang sederhana pada mulanya, telah
berubah secara bertahap menjadi bentuk seni pertunjukan yang memiliki
unsur-unsur pokok Gambuh dalam bentuk yang lebih menarik.Gambuh
yang muncul sebagai drama tari istana telah berkembang sesuai dengan kehidupan
masyarakat Bali yang religius. Ditemukannya lontar Dharma Pagambuhan dalam
penelitian ini, menunjukan hubungan yang erat antara seni pertunjukan dengan
kehidupan ritual keagamaannya. Lontar Dharma Pagambuhan merupakan lontar
tuntunan spiritual untuk dramatari Gambuh, yang berisi pertunjukan berupa
mantra-mantra yang harus diketahui oleh penari maupun Penabuh Gambuh. Lontar
ini juga memuat jenis-jenis sesajen yang harus dipersembahkan ketika melakukan
pementasan Gambuh. Digunakannya jenis-jenis sesajen yang dimuat dalam Dharma
Pagambuhan oleh genre seni pertunjukan lainnya di Bali merupakan pertunjukan
pula, bahwa Gambuh adalah sumber drama tari Bali yang tercipta kemudian.Namun
pada dewasa ini tarian Gambuh sangat jarang ditemukan karena senimannya sudah
sangat langka, disamping itu pementasannya juga kurang menarik generasi muda masa kini karna maraknya perkembangan teknologi. Hanya beberapa desa-desa tertentu yang masih aktif dalam pementasan tarian ini seperti: Desa Batuan
(Gianyar), Desa Padang Aji dan budakeling (Karangasem), Pedungan (Denpasar), Apit
Yeh (Tabanan), Anturan dan Naga Sepeha (Buleleng). Sekian yang dapat saya paparkan mengenai Tari Gambuh di kalangan masyarakat dewasa ini. Terima kasih J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar