Sabtu, 12 November 2016

TARI GAMBUH TERANCAM PUNAH

HELLO... pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Tari Gambuh. Jujur saja saya tidak pernah melihat tarian ini, tapi sempat mendengar tarian ini waktu saya duduk di bangku SMP. Tari Gambuh pada saat  ini mulai sedikit orang-orang yang mampu menarikannya, bahkan di seluruh Bali hanya beberapa desa yang sampai saat ini masih melestarikan tari Gambuh ini. Terus bagaimanakah keadaan tari ini di masa depan? kita belum tau pasti karena yang jelas tarian ini sudah mulai terlupakan atau bisa dibilang hampir purnah. Untuk lebih jelasnya silahkan di baca di bawah ya.. J


Gambuh adalah tarian dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali. Diperkirakan Gambuh ini muncul sekitar abad ke XV yang lakonnya bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk total theater karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama & tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya. Pementasannya dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain sebagainya. Diiringi dengan gamelan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu. Tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya / Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog, umumnya bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya dan kasar.
Gambuh memperoleh pengaruh dan drama tari zaman Jawa-Hindu di Jawa Timur, yang dikenal dengan nama Rakêt Lalaokaran. Drama tari klasik yang lahir di Puri pada masa lampau, masih dilestarikan diberbagai daerah di Bali, yang dulunya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan. Rakêt telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, dan baru disebutkan lagi dalam Kidung Warjban Wideya dari abad XVI. Rakêt Lalaokaran yang juga disebut Gambuh Ariar adalah pertunjukan berlakon yang merupakan perpaduan antara Rakêt dengan Gambuh. Gambuh abad XVI ini adalah tarian perang yang merupakan kelanjutan dan Bhata Mapdtra Yuddha, yaitu tarian perang untuk menghibur rakyat Majapahit yang melaksana upacara Shreiddha.Terwujudnya Gambuh sebagai dramatari istana yang adiluhung telah memberikan pengaruh yang besar pada kehidupan seni pertunjukan di Bali. Gambuh yang terbentuk di Bali tidak hanya memperkenalkan cerita sebagai lakon yang memunculkan adanya struktur dramatik yang lengkap, akan tetapi memperkenalkan pula koreografi yang rumit dan penampilan yang artistik, untuk hiburan raja dan para bangsawan kerajaan. Bentuk pertunjukan Gambuh memiliki standar kualitas tertentu yang mencirikan Gambuh, yaitu memiliki struktur pertunjukan dan koreografi serta iringan musik yang pasti, perbendaharaan gerak yang lengkap dengan aturan-aturan yang ketat, yang tidak dimiliki oleh Bali sebelumnya. Begitu pula kostum yang digunakan sangat megah, berbeda dengan kostum yang digunakan oleh tarian-tarian sebelumnya yang sangat sederhana. Itulah yang menyebabkan Gambuh dikatakan sebagai sumber drama tari yang muncul kemudian di Bali.Salah satu drama tari yang mendapat pengaruh dari Gambuh adalah drama tari opera arja. Arja adalah dramatari opera yang menggunakan tembang dan dialog sebagai media ungkap lakon yang ditampilkan. Dilihat dari bentuk pertunjukkan arja yang sekarang dengan bentuk pertunjukan pada mulanya ketika masih disebut dadap, tampak perbedaan yang sangat mencolok. Hal ini menunjukkan perbedaan dramatari opera arja seperti sekarang ini telah melalui suatu proses transformasi dengan rentangan waktu yang sangat lama. Dramatari arja yang muncul dikalangan masyarakat jelata sebagai sebuah pertunjukan yang sederhana pada mulanya, telah berubah secara bertahap menjadi bentuk seni pertunjukan yang memiliki unsur-unsur pokok Gambuh dalam bentuk yang lebih menarik.Gambuh yang muncul sebagai drama tari istana telah berkembang sesuai dengan kehidupan masyarakat Bali yang religius. Ditemukannya lontar Dharma Pagambuhan dalam penelitian ini, menunjukan hubungan yang erat antara seni pertunjukan dengan kehidupan ritual keagamaannya. Lontar Dharma Pagambuhan merupakan lontar tuntunan spiritual untuk dramatari Gambuh, yang berisi pertunjukan berupa mantra-mantra yang harus diketahui oleh penari maupun Penabuh Gambuh. Lontar ini juga memuat jenis-jenis sesajen yang harus dipersembahkan ketika melakukan pementasan Gambuh. Digunakannya jenis-jenis sesajen yang dimuat dalam Dharma Pagambuhan oleh genre seni pertunjukan lainnya di Bali merupakan pertunjukan pula, bahwa Gambuh adalah sumber drama tari Bali yang tercipta kemudian.Namun pada dewasa ini tarian Gambuh sangat jarang ditemukan karena senimannya sudah sangat langka, disamping itu pementasannya juga kurang menarik generasi muda masa kini karna maraknya perkembangan teknologi. Hanya beberapa desa-desa tertentu yang masih aktif dalam pementasan tarian ini seperti: Desa Batuan (Gianyar), Desa Padang Aji dan budakeling (Karangasem), Pedungan (Denpasar), Apit Yeh (Tabanan), Anturan dan Naga Sepeha (Buleleng). Sekian yang dapat saya paparkan mengenai  Tari Gambuh di kalangan masyarakat dewasa ini. Terima kasih J
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar